"Tikus Mati Iing Lumbung"

Mural adalah cara menggambarkan atau melukis di atas tembok, media dinding atau permukaan luas yang bersifat permanen. Selain membuat tampilan dinding menjadi lebih berunsur seni dan bukan hanya sekedar corat coret biasa, mural juga mempunyai makna atau pesan moral yang disampaikan melalui sederet gambar yang di lukiskan. Gambar mural yang saya ambil adalah di sekitaran jembatan layang Jembatan Lempuyangan.Dalam gambar ini terlihat dua orang yang berdiri memakai pakaian rapi, berjas dan satunya lagi pastinya orang pemerintahan serta memakai aksesoris jam pula. Serta terdapat seorang yang berbaring di tumpukan padi-padi. Orang yang diatas mungkin mereka sedang berdiskusi ntah apa yang sering mereka bicarakan. Dan mungkin berbicara tentang rakyat “mungkin bukan lebih berbicara tentang kesejahteraan rakyat kecil” namun lebih berbicara tentang mensejahterakan diri sendiri di tengah situasi sumber daya alam Indonesia yang kata orang “kaya”. Orang pemerintahan membicarakan sesuatu dengan para investor (yang memakai jas biru) untuk mengexploitasi sumber daya alam Indonesi sendiri,
yang mungkin disiasati melalui alih-alih mensejahterakan rakyat dengan membuka lapangan pekerjaan. Namun disini rakyat tak selalu mendapat kesejahteraan. Malah tenaga mereka terlalu terkuras untuk hanya sekedar bekerja disana sebagai “buruh”. Padahal (dimisalkan di daerah tambang) daerah tambang itu merupakan areal perkampungan mereka juga, namun karena memang sumber daya manusia kita yang kurang memadai maka dengan mudah pemerintah serta para investor gampang sekali mengambil alih dan menerima keuntungan lebih dari sana. Dan masyarakat hanya sebagai “buruh kecil” yang hanya mendapat upah minimum dari exploitsi besar-besaran itu.

Maka dalam gambar mural diatas, terdapat tulisan “tikus mati ing lumbung” yang artinya tikus mati di lumbung. Rakyat kecil malah menderita atau mati karena kelaparan di daerah yang begitu banyak menghasilkan padi atau daerah yang kaya akan sumber makanan.