Anak-anak Bermasalah Tetap Patut Mendapat Pendidikan
Film : Freedom Writers
Sutradara : Richard LaGravenese
Produksi : Paramount Pictures
Tahun : 2007
Genre : Drama, kriminal
Dibintangi : Hilary Swank sebagai Erin Gruwell
§ Patrick Dempsey ketika Scott Casey
§ Scott Glenn sebagai Steve Gruwell
§ Imelda Staunton sebagai Margaret Campbell
§ April Lee Hernández sebagai Eva Benitez
§ Mario sebagai Andre Bryant
§ Kristin Herrera sebagai Gloria Munez
§ Jaclyn Ngan sebagai Ngor Sindy
§ Sergio Montalvo sebagai Alejandro Santiago
§ Jason Finn sebagai Marcus
§ Deance Wyatt sebagai Jamal Hill
§ Vanetta Smith sebagai Brandy Ross
§ Gabriel Chavarria sebagai Tito
§ Hunter Parrish sebagai Ben Samuels
§ Antonio García sebagai Miguel
§ Giovonnie Samuels sebagai Victoria
§ John Benjamin Hickey sebagai Brian Gelford
§ Robert Wisdom sebagai Dr Carl Cohn
§ Pat Carroll sebagai Miep Gies
§ Armand Jones sebagai Grant Beras
Film ini diawali adegan kerusuhan di Los Angeles di tahun 1992 serta perkenalan tokoh Eva Benitez, gadis Latin yang ayahnya dipenjara kerena dituduh melakukan penembakan oleh “kulit putih” dimana dari sinilah ia mulai membenci ras “putih” dan bergabung dengan sebuah gang. Ia terpaksa bersekolah karena tuntutan sistem yang dibuat pemerintah.
Ini berkisah tentang Erin Gruwell (Hilary Swank), seorang guru bahasa Inggris baru, Mengajar di Woodrow Wilson High School. Tapi kenyataan mengajar di hari pertama tidak seperti yang dipikirkan Erin . Hari pertama mengajar ia harus berhadapan dengan konflik sosial seputar "rasisme" di kelasnya. Dimana kelas barunya begitu kacau, para siswa berkelompok menurut rasnya; Latin, Afrika - Amerikan (kulit hitam), Amerika kulit puith, Asia (Kambodia). Dia menyadari bahwa di kelas barunya sangat kental dengan konflik antar ras, pengelompokan ras dan permusuhan yang begitu mendalam.
Namun Erin mendapat ide yang begitu cemerlang untuk menyatukan persepsi mereka antara ras satu dengan yang lain. Pada suatu hari dimana terjadi rasis didalam kelas tersebut terjadi lagi, Erin mulai bertindak. Dia mengatakan gangster, ras, yang mereka bela belum ada apa – apanya dibandingkan dengan Holocaust. Dan disaat itulah Erin mulai mendapat sedikit perhatian dari para muridnya. Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu Holocaust, sang guru memberi masing – masing siswanya sebuah buku tulis. Dimana sebelumnya ia memberikan mereka sebuah permainan di kelas yaitu permainan garis, dengan menarik sebuah garis merah di lantai, membagi mereka dalam dua kelompok kiri
dan kanan. Kalau menjawa “ya” mereka harus mendekati garis. Dimulai dengan beberapa pertanyaan ringan, dari album musik kesayangan, sampai keanggotaan geng, kepemilikan narkoba, dan pernah dipenjara atau ada teman yang mati akibat kekerasan antar geng. Dalam permainan ini,Erin ternyata berhasil membuat murid – muridnya merasa kalau mereka mempunyai kesamaan nasib. Lalu buku dibagikan dan Erin mengatakan bahwa buku itu dapat dijadikan seperti “diary” mereka. Dan Erin akam memeriksa, memastikan bahwa mereka menulis setiap harinya, akan tetapi ia tidak akan membaca kecuali jika diijinkan oleh murid – muridnya. Untuk itu disediakanlah sebuah almari kosong, jika mereka mengijinkan Erin untuk membaca buku harian mereka.
dan kanan. Kalau menjawa “ya” mereka harus mendekati garis. Dimulai dengan beberapa pertanyaan ringan, dari album musik kesayangan, sampai keanggotaan geng, kepemilikan narkoba, dan pernah dipenjara atau ada teman yang mati akibat kekerasan antar geng. Dalam permainan ini,
Disinilah akhirnya Erin mengetahui kisah – kisah hidup para muridnya. Kelas sekarang bukanlah tempat belajar seperti biasa melainkan ajang “curhat” yang menyatukan mereka. Dari sanalah mereka juga tahu diantara mereka banyak mempunyai kesamaan, serta pengelompokan yang mereka buat telah menghambat mereka untuk maju.
Selanjutnya, Erin Gruwell mengajak para muridnya berkunjung ke museum perang melihat arsip – arsip, foto, presentasi multimedia korba Holocaust yang menggugah perasaan mereka. Serta memberikan bacaan “The Diary of Anne Frank” (tentang Holocaust), seorang anak perempuan Yahudi yang terpaksa bersembunyi dari kerajaan Nazi Jerman. Meskipun sebelumnya ia diejek oleh rekan kerjanya serta tidak mendapat dukungan dari departement sekolah, dan juga bekerja paruh waktu serta sempat mengabaikan suaminya – dan ini berakibat suaminya meminta untuk bercerai – hanya agar dapat membelikan mereka buku. Sekedar untuk membandingkan kisah hidup mereka dengan tokoh dalam buku itu. Serta diskusi dengan korban Holocaust akhirnya merubah semua pandangan mereka terhadap rasisme. Dan telah membuka semua pikiran sempit mereka untuk memiliki pemikiran luas tentang “dunia luar”.
Freedom Writers memiliki alur cerita yang mudah dipahami dan juga dialog yang gampang dimengerti. Permasalahan-permasalah remaja yang ditampilkan di film ini juga cukup dekat dengan permasalah remaja pada umumnya, tentang pencarian jati diri dan pelanggaran-pelanggaran peraturan untuk mengukuhkan eksistensi diri. Semua itu dibungkus dalam pemasalahan perang antargeng. Ya, kisah ini tentang jerih payah seorang guru memecahkan rasisme murid-muridnya dan mulai mendapatkan kepercayaan mereka. Serta mengajarkan kita untuk selalu optimis, jangan pernah menyerah dengan keadaan serta meyakini bahwa perbuatan yang baik kita akan memberikan inspirasi kepada orang lain dan
masa – masa sulit adalah awal dari suatu yang indah.
masa – masa sulit adalah awal dari suatu yang indah.
No comments:
Post a Comment